Monthly Archives: September 2011

kenapa gak terus terang saja?

Aku kadang bingung sebenarnya apa yang aku inginkan.

Aku terlalu sering merasa iri terhadap pencapaian orang lain di berbagai bidang. Aku sendiri tak tahu di mana peranku dalam membangun lingkungan masyarakat yang toleran, damai, modern, namun tak meninggalkan nilai-nilai lawas yang baik dan masih relevan dengan zaman. Aku bukan orang yang berlatarbelakang pendidikan social, karenanya aku bahkan bingung menyebut istilah yang tepat untuk jenis masyarakat yang aku inginkan. Sudah sangat lama, kalau bukan terlalu lama aku ngobrol dengan teman-teman terdekat tentang ini-itu keresahan kami, dan tentu keresahan banyak orang melihat bagaimana budaya yang kurang baik terus-menerus di-feed-kan kepada bocah-bocah ingusan di negeri ini. Melihat bagaimana semua ajaran agama diselaraskan dengan kemauan manusia, bagaimana makna aurot wanita digeser dari wujud dan bentuk tubuh menjadi wujud dan bentuk rambut kepala wanita. Wanita yang tidak berkerudung dianggap kurang sesuai (kalau bukan “agamis”), sehingga sembarang pakaian yang menempel di tubuh wanita asalkan dibarengi dengan kerudung di kepala dianggap lebih anggun dan sopan secara moral.

Wanita cantik diikutkan dalam kontes kecantikan tingkat dunia dengan seabrek argument yang aku sendiri tak mampu menyanggahnya namun aku yakin kita seharusnya mengakui bahwa kontes ini tak pernah lepas dari sekedar kontes kecantikan fisik. Apapun nilai lebih yang ditawarkan olehnya, yang jelas semua kontestan wanita cantik sejagat harus mau telanjang di panggung dengan hanya memakai bikini. Tak perlu sembunyi-sembunyi seorang bocah SD jika ia ingin melihat tubuh-tubuh seksi wanita dari hampir semua negara di dunia hanya di balut baju renang, bikini. Memang tak sepenuhnya buruk, hanya sisi inilah yang paling meresahkan dari kontes tingkat dunia itu.

Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita yang solihah. Kurang lebih seperti itulah yang disebut dalam sebuah hadits. Terlepas dari makna solihah yang menghadirkan beragam tafsiran, bahkan makna secara umum, pertanyaannya apakah seharusnya wanita ditelanjangi untuk menampakkan potensi dirinya sebagai perhiasan terbaik dunia?

Apakah potensi wanita yang paling utama hanya seputar kecantikan fisik yang diumbar?

Tulisan ini memang tak menawarkan solusi, ini hanya mental masturbation murahan dari warung kopi. Kenapa trend setter fasion dunia selalu menang? Kenapa kita jadi ikut-ikutan memakai celana ketat? Model kebenaran yang seperti apa lagi yang harus kupelajari untuk menghormati wanita?

Apakah perubahan perilaku manusia yang mengarah pada kebebasan lantas menggeser arti kebenaran moral? Kenapa kita tidak terusterang saja bahwa apa yang kita lakukan saat ini memang untuk kepuasan diri kita bukan menutup-nutupi atau menggeser arti aurot? Menurutku lebih baik kita berterus terang tentang hal-hal tabu di sekitar kita daripada mengatasnamakan semua itu dengan nilai-nilai “agama modern”. Yang kita lakukan saat ini adalah menunjukkan bahwa “inilah diri kita dalam menjalankan agama”, bukan ”inilah agama”.